Tag Archives: Stevie Mambor

Kisah kehancuran Black Brothers

Masih akrab di telinga kita lagu-lagu lawas seperti ‘Kisah Seorang Pramuria’ dan ‘Mutiara Hitam’. Hits era 1970-an ini dipopulerkan oleh grup musik Black Brothers dari Tanah Papua.

Grup ini didukung sejumlah personil berbakat, yakni Benny Betay (bass), Jochie Phiu (keyboard), Amry Tess (trompet), Stevie MR (drums), Hengky Merantoni (lead guitar), Sandhy Betay (vokal), Marthy Messet (lead vocal), Agus Rumaropen (vokal) dan David (saxophone). Formasi grup ini juga dilengkapi dengan seorang manajer, Andi Ayamiseba untuk memudahkan mereka berkiprah secara profesional.

Kepiawaian Andy Ayamiseba memanej grup musik boleh diancungi jempol. Salah satunya adalah mengubah nama grup musik ini dari sebelumnya bernama Iriantos dan setelah hijrah ke Jakarta tahun 1976 namanya diubah menjadi Black Brother.

Kehadiran Black Brothers di ibukota cukup mendapat tempat di hati pecinta musik Indonesia. Banyak produser ternama yang mengikat kontrak dengan grup musik ini. Namun akibat disusupi agenda politik Papua merdeka Andy Ayamiseba pula, grup ini akhirnya lenyap dari blantika musik nasional kendati sempat tenar di Belanda dan Vanuatu. Inilah sekilas perjalanan Black Brothers di penghujung ketenarannya. Tahun 1978, dibawah bimbingan sang manejer, grup ini melakukan show di Kota asalnya di Jayapura.

Usai melakukan show di Kota Jayapura, mereka show ke negara tetangga Papua Nugini. Dan sekitar tahun 1980 mereka meminta suaka politik di Negeri Belanda. http://tabloidjubi.com/…/dari-iriantos-hingga-black-brothe…/ Tahun 1983 grup ini hijrah ke Vanuatu atas undangan pemerintah Vanuatu yang saat itu dipimpin Presiden Walter Lini dan Barak Sope. Konon, Black Brothers punya peran khusus dalam memberikan dukungan lewat musik untuk mendirikan negara di Pasifik Selatan itu. http://rastamaniapapua.blogspot.com/…/inspirasi-perjuangan-… 

Kedekatan Andy dengan Barak Sope membuat Andy ikut marasakan dampak kejatuhan Walter Lini dari kursi kepresidenan tahun 1988 akibat mosi tidak percaya dari rakyat Vanuatu. Ia dideportasi dari negara Vanuatu.

Group musik Black Brothers pun tercerai berai. Personilnya ada yang tinggal di Vanuatu dan sebagian lagi tinggal di Australia.

Beberapa di antaranya sudah meninggal dunia di negeri orang.

Catatan Admin Situs

Selalu berguna kita yang tertinggal dan generasi penerus belajar dari segala kelebihan dan semua kekurangan, segela cecita sukses dan sama-sama juga semua cerita kegagalan, karena hidup ini adalah perjuangan, dan guru terbaik dalam perjuangan ini ialah “pengalaman” itu sendiri.

Jenazah Stevie Mambor tiba di Manokwari

Manokwari, Jubi – Jenazah Stevie Mambor drummer legendaris Black Brothers pagi tadi tiba di Bandara Rendani pukul 06.00 WP,  disambut oleh ratusan warga bersama kerabat keluarga dan fans Black Brothers di Manokwari.

Usai prosesi penjemputan, jenazah Stevie Mambor diarak dengan iringan alunan musik seruling-tambur menuju rumah duka di Komplek Sanggeng Manokwari. Di rumah duka, juga dilakukan prosesi penyerahan jenazah dari panitia yang mengantar dari Canberra Australia kepada keluarga almarhum.

Benny Betay bassis Black Brothers yang ikut mengantar jenazah Stevie Mambor mengisahkan tentang kronologis wafatnya Stevi Mambor di salah satu Rumah Sakit Kristen yang berada di Canbera Australia pada hari Rabu, 18 April 2018 lalu sekira pukul 10.00 Waktu Canberra.

“Terakhir, dokter yang menanganinya (almarhum,red) mengatakan bahwa Stevie Mambor punya riwayat penyakit jantung, saat itu, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dia sempat meminta secarik kertas dan pulpen, untuk menulis nomor telepon pribadi saya dan menyerahkan kepada dokter. Sesaat setelah itu, Stevie sudah tiada, dan pihak dokter pun menghubungi nomor yang diberikan dan saya sangat terpukul ketika mendengar kabar itu dan bergegas ke sana untuk melihat jenazahnya,” ujar Benny .

Soal keterlambatan pengiriman jenazah Stevie Mambor ke Manokwari, kata Benny, karena urusan administrasi kewarganegaraan.

“Pasalnya, Stevie sudah menjadi warga Negara Australia hampir 30 tahun, dan urusan administrasinya ke KBRI cukup panjang. Itulah sebabnya jenazah Stevie baru tiba hari ini di Manokwari,” ujarnya.

Benny menginformasikan bahwa sesuai kesepakatan pihak keluarga, jenazah Stevie Mambor akan dikebumikan pada hari Senin 14 Mei 2018, pukul 10.00 WP, di pekuburan Kampung Susweni Distrik Manokwari Timur. Saat ini jenazah Stevie Mambor masih disemayamkan di rumah duka milik Piter Mambor di Sanggeng. (*)

Reporter :Hans Kapisa
redaksionline@tabloidjubi.com
Editor : Edho Sinaga

Stevie Mambor: The Black Brothers drummer dies

,Stevie Mambor, Black Brothers Band Drummer
,Stevie Mambor, Black Brothers Band Drummer

Longtime Port Vila resident and former Manager of once famed Black Brothers Band, Andy Ayamiseba, has announced with sadness the passing away of legendary drummer of the band, Stevie Mambor, in Canberra, Australia this week on Wednesday April 18.

Stevie who is remembered by his friends in Port Vila for his Jim Kelly-like Afro-hair and self-defense prowess, has joined deceased members Hengky, August and David to await the soon return of the Lord. “Rest in peace all my brothers”, an emotional Ayamiseba said in his farewell message yesterday.

All ni Vanuatu diehard Black Brothers fans can rest assured that Stevie is not gone because his three daughters in ‘Black Sistaz’ are actively continuing their beloved dad’s journey through their music towards eventual freedom for West Papua.

Black Brothers, The Legendary Group Band from Papua

Personel Grup Band Black Brothers, West Papua
Personel Grup Band Black Brothers, West Papua

The Black Brothers is a famous group band from Papua that was formed in Nabire, Papua, in 1975.  They have launched their first album in 1976 by PT Irama Tara. Their band consists of Henky Miratoneng Sumanti (guitar/vocal), Benny Betay (bass), Agustinus  Romaropen (guitar), Jochie Pathipeilihiu (keyboard), Amry Kahar (trumpet), Stevie Mambor (drums),  Sandhy Betay (vocal), Marthy Messet (lead vocal), and David Rumagesan (saxophone).

The group is formed by Andy Ayamiseba through audition. After selecting the members of the group, he then formed the Black Brothers, a group band from Papua. The Black Brothers mostly sing their songs using the Indonesian language, but sometimes they also sing using Tok Pisin language.

During the 80’s, the Black Brothers is the most popular group band from Papua that has garnered popularity in Papua New Guinea. Their reggae genre has even influenced other musical groups in Papua New Guinea. In Indonesia, the Black Brothers is no less famous than other famous group bands, such as Koes Plus, The Mercy’s, Panbers, and D’Loyd. The popularity of the Black Brothers itself is due to their unique songs that would usually became a hit single.

The Black Brothers’ music is a combination between many genres like rock, pop, reggae, funk and Papuan ethnic songs. Thus, making their music unique and interesting to listen to. Whether by the people in Indonesia and also abroad. Some of their most famous songs are ‘Kisah Seorang Pramuria‘ (The story of a Hostess) and ‘Mutiara Hitam‘ (Black Pearl) are still popular even until today. One of Indonesia’s rock band “Boomerang” has even remade ‘Kisah Seorang Pramuria.’ Because of their fame, many other group bands from Papua start emerging in the Indonesian music scene. They usually use Black in front of their band’s name, like Black Papas, Black Sweet, Black Power, and Black Family.

Black Brothers, The Legendary Group Band from Papua

Black BrothersThe Black Brothers is a famous group band from Papua that was formed in Nabire, Papua, in 1975.  They have launched their first album in 1976 by PT Irama Tara. Their band consists of Henky Miratoneng Sumanti (guitar/vocal), Benny Betay (bass), Agustinus  Romaropen (guitar), Jochie Pathipeilihiu (keyboard), Amry Kahar (trumpet), Stevie Mambor (drums),  Sandhy Betay (vocal), Marthy Messet (lead vocal), and David Rumagesan (saxophone).

The group is formed by Andy Ayamiseba through audition. After selecting the members of the group, he then formed the Black Brothers, a group band from Papua. The Black Brothers mostly sing their songs using the Indonesian language, but sometimes they also sing using Tok Pisin language.

During the 80’s, the Black Brothers is the most popular group band from Papua that has garnered popularity in Papua New Guinea. Their reggae genre has even influenced other musical groups in Papua New Guinea. In Indonesia, the Black Brothers is no less famous than other famous group bands, such as Koes Plus, The Mercy’s, Panbers, and D’Loyd. The popularity of the Black Brothers itself is due to their unique songs that would usually became a hit single.

Black Brothers during their concert in Acacia Hotel, Jakarta, on 2 September 2015. Via Bintang.com
Black Brothers during their concert in Acacia Hotel, Jakarta, on 2 September 2015. Via Bintang.com

The Black Brothers’ music is a combination between many genres like rock, pop, reggae, funk and Papuan ethnic songs. Thus, making their music unique and interesting to listen to. Whether by the people in Indonesia and also abroad. Some of their most famous songs are ‘Kisah Seorang Pramuria‘ (The story of a Hostess) and ‘Mutiara Hitam‘ (Black Pearl) are still popular even until today. One of Indonesia’s rock band “Boomerang” has even remade ‘Kisah Seorang Pramuria.’ Because of their fame, many other group bands from Papua start emerging in the Indonesian music scene. They usually use Black in front of their band’s name, like Black Papas, Black Sweet, Black Power, and Black Family.