All posts by blcafe

Black Brothers Band excited to perform again in PNG

LoopPNG – BY: Quintina Naime, 08:56, September 15, 2016

West Papua legendary group the Black Brothers Band is excited to return to Port Moresby, Papua New Guinea to perform live after almost four decades.

The band last performed in PNG back in 1978 and are back to perform on Independence Day at the Sir John Guise Stadium to commemorate PNG’s 41st Anniversary.

The original band was founded by manager Andy Ayamiseba, with members including Hengky Sumanti Miratoneng (vocals, guitar), Benny Bettay (bass), August Rumwaropen (lead guitar, vocals), Stevy Mambor (vocals, drums), Willem Ayamiseba (percussion) and Amri Kahar (trumpet).

Black Brothers are known for hit songs back in the 1980s including Apuse, Permata Hatiku, Hari Kiamat, Terjalin Kembali, kerongcong kenangan, Anita and Wan Pela Meri.

Ayamiseba said they’re looking forward to play the old tunes for the mums and dads which should bring back all the memories.

“We will also play some new songs for the younger generation.

“We have a combination of repertoire that will satisfy all age groups so everyone can enjoy the show,” Ayamiseba said.

Benny Bettay thanked Parkop for bringing the group back to PNG after 38 years.

The current group here in PNG consists of a 16 members including three original members and female group Black Sisters.

Two of the original members August and Sumanti have died while Stevy Mambor couldn’t make the tour due to health reasons.

The Black Sisters Petronela, Rosalie and Lea Rumwaropen are daughters of late August Rumwaropen and they’ll be performing alongside their uncles.

Tickets for the concert are selling for K5 outer stands and K30 grandstand available at CHM Vision City and Tabari Place. Gates open at 4.30pm and the show starts at 6.30pm.

A 20 member official delegation from West Papua has also been invited to witness the celebrations.

EMTV: Black Brothers Return

EMTV – Present at Governor Parkop’s Conference today were members of the legendary band, Black Brothers.

They will perform at the Independence Anniversary Celebration featuring the Black Brothers Legends Come Home Concert at the Sir John Guise Stadium on Friday.

The last time the Black Brothers toured Port Moresby was in 1978, when the music industry in PNG was in its infant stages.

Yes, the Black Brothers are back in Port Moresby after 38 years.

Two of their original band members have since passed on, and this time around they are joined by their next generation called the Black Sisters.

Although they are here to celebrate PNG’s 41st Independence anniversary, Governor Parkop says they are also here to help inspire the music industry in PNG again.

Originally a West Papuan band, these days the membership includes those from Vanuatu as well as Australian-based members as well.

Original and current band manager, Andy Ayamiseba, said the band is looking to expand and include more members from Melanesian countries.

Braden Chin, Music Division Manager for CHM, said the Black Brothers were the inspiration behind the creation of the CHM Super Sound recording studio and label. Even the famous CHM logo, was motivated by the Black Brothers.

Mr Parkop said it was a concern that the number of artists recording at CHM has significantly dropped in the last 3 years. He said this was a reminder of our responsibility to our artists by stopping piracy and buying genuine recordings.

West Papua’s Black Brothers in POM For Independence Concert

Black Brothers took a photo session with Governor of NCD, Powes Parkop - PNG Lopp
Black Brothers took a photo session with Governor of NCD, Powes Parkop – PNG Lopp

Port Moresby, Jubi – Legendary band from West Papua the Black Brothers are in Port Moresby to help celebrate Papua New Guinea’s 41st Anniversary.

The group will be performing on Independence Day at the Sir John Guise Stadium.

Black Brothers are an eclectic band that was the most popular musical group in PNG during the 1980s.

The reggae influences of the Black Brothers influenced various other musical groups in PNG.

The original band was founded by manager Andy Ayamiseba, with members including Hengky Sumanti Miratoneng (vocals, guitar), Benny Bettay (bass), August Rumwaropen (lead guitar, vocals), Stevy Mambor (vocals, drums), Willem Ayamiseba (percussion) and Amri Kahar (trumpet).

The 16 member band that is here in PNG to perform includes three original members and the Black Sisters.

Two of the original members August and Sumanti have died while Stevy Mambor couldn’t make the tour due to health reasons.

The Black Sisters Petronela, Rosalie and Lea Rumwaropen are daughters of late August Rumwaropen and they’ll be performing alongside their uncles.

Black Brothers are known for hit songs back in the 1980s including Apuse, Permata Hatiku, Hari Kiamat, Terjalin Kembali, kerongcong kenangan, Anita and Wan Pela Meri.

Their music, sung in Tok Pisin, and originally in Bahasa Indonesia included influences from reggae and political elements inspired by the Black Power movement.

NCD Governor Powes Parkop said it’s a privilege to have the Black Brothers back in PNG to perform after 28 years.

Parkop welcomed the group back to PNG and said it’s a pleasure to have them back in Moresby to celebrate 41 years of Independence with us.

He has  extended an invitation for the fans of Black Brothers and the young generation to come out and support the group.

Tickets are selling for K5 outer stands and K30 grandstand available at CHM Vision City and Tabari Place. Gates open at 4.30pm and the show starts at 6.30pm. (PNG Loop)

Black Brothers Show Kemerdekaan PNG

Posted on

Jayapura,Jubi – Grup legendaris asal Papua, Black Brothers akan tampil di Hari Ulang Tahun ke 41 Tahun Papua New Guinea. Papua New Guinea (PNG) merdeka, pada 16 September 1975 dari Australia. Jelang kemerdekaan PapuaNew Guinea 16 September 2016, Gubernur National Capital Districk(NCD) Port Moresby PNG, Pemerintah Papua Nugini (PNG) mengundang grup musik legenda “Black Brothers” dari Bumi Cenderawasih guna memeriahkan Hari Kemerdekaan. di negara itu pada September 2016.

Gubernur National Capital District (NCD) Port Moresby PNG, Hon Powes Parkop, di Jayapura, pekan lalu mengatakan pihaknya ingin lebih mempopulerkan grup musik “Black Brothers” di wilayah PNG.

“The legend are returning (legenda akan kembali) dengan kembali konsernya grup ‘Black Brothers’ khusus di PNG,” katanya sebagaimana dilansir Antara.

Menurut Powes, pihaknya akan membuat “Black Brothers” menjadi bintang internasional jika bisa konser di PNG sehingga grup legenda ini akan merasa senang dan dapat kembali kemudian hari untuk tampil di Port Moresby.

“Selain Black Brothers, kami juga akan menampilkan hiburan-hiburan dari Jakarta dan tempat lainnya, tapi yakin masyarakat akan lebih bersemangat dengan kehadiran grup legenda Papua,” ujarnya.

Catatan Jubi, Black Brother pertama kali lahir di Jayapura dengan nama Iriantos dan hijrah ke Jakarta sekitar 1976. Rekaman di Jakarta dan langsung menggebrak blantika musik Indonesia.

Andy Ayamiseba, manajer Grup Band Black Brothers, mengatakan Black Brothers bukan sekadar kelompok musisi biasa. Mereka memiliki visi dan misi utama untuk mengangkat martabat bangsanya yang selalu dibilang masih terbelakang.

“Misi dan visi yang kedua untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahterah serta yang ketiga dan maha penting adalah untuk membebaskan bangsanya dari segala bentuk penindasan oleh kaum penjajah,”katanya,melalui akun Facebooknya, belum lama ini.

Menurut Ayamiseba, misi itu bisa dibuktikan dengan karya-karya mereka melalui syair lagu-lagu nya dan keputusan-keputusan yang diambil untuk meninggalkan ketenaran mereka di tanah airnya Indonesia. Bahkan, kemudian meninggalkan kontrak musik di EMI Holland dan akhirnya hijrah ke Vanuatu untuk menjalankan lobi OPM di kawasan Pasifik Selatan, termasuk PNG.

Para personel BB pun diseleksi berdasarkan potensi-potensi mereka secara individu agar produksi bisa mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Jocky Phu, dijuluki si pena emas karena dia adalah penyair besar yang berwatak cinta damai dan keadilan. Kemudian, Hengky (alm) yang memiliki suara emas yang khas Black Brother dan sulit diganti oleh suara lain.

Sijari emas August Rumaropen (alm) dijuluki George Bensonnya Papua dengan watak halus dan rendah hati. Ada juga Benny pada bass dan Stevie si penabuh drum. Keduanya adalah tulang punggung rythm section-nya. Akhirnya David(Dullah) dan Amry yang menciptakan dandanan rythem musik BB. Paduan musik dan vokal mereka yang harmonis sesuai dengan melodi dan syair lagu-lagunya telah menembus nusantara dan Pasifik Selatan. Hal ini membuat grup musik Black Brother melegenda di Pasifik Selatan, Indonesia, dan Eropah dengan lagu Jalikoe.

“Saya selaku pendiri dan manajer sekaligus produser eksekutif supergroup ini sulit untuk mendapatkan musisi-musisi alam yang diberkati dengan talenta oleh Tuhan Yang Maha Kuasa seperti mereka. Saya sangat berterima kasih dan bangga karena diberkati dengan kesempatan untuk bekerja dengan group legendaris ini,”tulis Ayamiseba.

Sekadar diketahui, Black Brothers sangat terkenal di negara tetangga sepertiPapua Nugini dengan musik yang merupakan campuran antara rock, pop, reggae, funk dan etnis Papua.

Beberapa lagu pop mereka juga menjadi hits, seperti “Kisah Seorang Pramuria” yang kemudian di remake oleh band rock Boomerang.

Lagu mereka yang berjudul “Saman Doye” di 2011 masuk kompilasi “Those Shocking Shaking Days: Indonesian Hard, Psychedelic, Progressive Rock and Funk” bersama Koes Ploes, Aka, dan lainnya.

Personil “Black Brothers” terdiri dari Hengky MS (lead vocal/guitar), Yochie Pattipeilohy (organ), Benny Betay (bass guitar), David Rumagesang (terompet/rythm), Amry M. Kahar (saxophone) dan Stevie Mambor (drumer).

Grup musik ini melakukan hal yang sangat berani ketika pada 1979 mereka memprotes perlakuan pemerintah Indonesia terhadap Papua. (*)

Black Brothers Show Kemerdekaan PNG was originally published onPAPUAPost.com

Black Brothers band to spice Pom’s Independence celebrations

PNGLoop – Papua New Guinea’s 41st Independence celebration in Port Moresby will be spiced up with a music performance by the Black Brothers band of West Papua Province of Indonesia.

The band’s name will sound all too familiar to the ears of middle aged Papua New Guineans.

The West Papua band had a following in the 70s in Papua New Guinea.

National Capital District Governor Powes Parkop, in making the announcement of the band’s visit, said the Black Brothers will be supported by their children, Black Sisters and CHM band.

Black Brothers made a tour to the country in the late 1970s.

The performance will be held at Sir John Guise Stadium on September 16.

Tickets will be going for K30 grandstand and K5 outer stand.

Meanwhile, commemoration of the country’s independence will be celebrated for three days in the nation’s capital, starting from 15th September.

Governor Parkop says there will be street festivals, traditional dancing and contemporary dances also in different parts of the city.

Andy Ayamiseba: Black Brothers Bukan Kelompok Musisi Biasa

Jayapura, 11/3 (Jubi)- Andy Ayamiseba, manajer Grup Band Black Brothers,  mengatakan Black Brothers bukan sekadar kelompok musisi biasa. Mereka memiliki visi dan misi utama untuk mengangkat martabat bangsanya yang selalu dibilang masih terbelakang.

“Misi dan visi yang kedua untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahterah serta yang ketiga dan maha penting adalah untuk membebaskan bangsanya dari segala bentuk penindasan oleh kaum penjajah,”katanya,melalui akun Facebooknya, belum lama ini.

Menurut Ayamiseba, misi itu bisa dibuktikan dengan karya-karya mereka  melalui syair lagu-lagu nya dan keputusan-keputusan yang diambil untuk meninggalkan ketenaran mereka di tanah airnya Indonesia. Bahkan, kemudian meninggalkan kontrak musik di EMI Holland dan akhirnya hijrah ke Vanuatu untuk menjalankan lobi OPM di kawasan Pasifik Selatan, termasuk PNG.

Para personel BB pun diseleksi berdasarkan potensi-potensi mereka secara individu agar produksi bisa mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Jocky Phu, dijuluki si pena emas karena dia adalah penyair besar yang berwatak cinta damai dan keadilan. Kemudian, Hengky (alm) yang memiliki suara emas yang khas Black Brother dan sulit diganti oleh suara lain.

Sijari emas August Rumaropen (alm) dijuluki George Bensonnya Papua dengan watak halus dan rendah hati. Ada juga Benny pada bass dan Stevie si penabuh drum. Keduanya adalah tulang punggung rythm section-nya. Akhirnya David(Dullah) dan Amry yang menciptakan dandanan rythem musik BB. Paduan musik dan vokal mereka yang harmonis sesuai dengan melodi dan syair lagu-lagunya telah menembus nusantara dan Pasifik Selatan. Hal ini  membuat grup musik Black Brother melegenda di Pasifik Selatan, Indonesia,  dan Eropah dengan lagu Jalikoe.

“Saya selaku pendiri dan manajer sekaligus produser eksekutif supergroup ini sulit untuk mendapatkan musisi-musisi alam yang diberkati dengan talenta oleh Tuhan Yang Maha Kuasa seperti mereka. Saya sangat berterima kasih dan bangga karena diberkati dengan kesempatan untuk bekerja dengan group legendaris ini,”tulis Ayamiseba.

Lebih lanjut jelas Ayamiseba Black Brothers adalah suatu persembahan yang berpaduan antarwatak kepribadian talenta, seni, komitmen, dan inspirasi. “Semoga apa yang telah dirintis oleh musisi-musisi alam ini dapat dilanjutkan oleh generasi penerus demi suksesnya misi dan visi mereka,”harap pejuang Papua Merdeka di Vanuatu, Mr Andy Ayamiseba.

Grup Black Brother pertama kali tampil di Jayapura memakai nama Iriantos Primitive, menjelang persiapan show ke Papua New Guinea. Saat itu musisi dan artis-artis Papua bergabung dan berlatih serius guna tampil prima merayakan kemerdekaan Papua New Guinea(PNG)dirumah pribadi menejer Black Borthers Andy Ayamiseba. Sayangnya upaya mengembangkan misi kesenian Papua dan show musik ke negara tetangga PNG tak mendapat restu dari pemerintah pusat di Jakarta.

“Black Brothers pada awalnya bernama Iriantos Primitive. Saya bentuk grup ini untuk tur keliling ke PNG dengan grup tarian yang kemudian izinnya ditolak oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat,”katanya kepada tabloidjubi.com via Facebook.com belum lama ini.

Manajer Black Brothers ini mengaku pada usia yang ke 27 tahun, tepatnya pada 1974 sudah memimpin Group Band Black Brothers. “Setahun setelah izin ke PNG ditolak, saya membuat rencana baru untuk memenuhi visi dan misi tersebut lewat Jakarta. Demikianlah sejarah rekaman Black Brothers dimulai,”tulis Andy Ayamiseba.

Putra seorang mantan pejabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) Provinsi Irian Barat, mendiang Dirk Ayamiseba ini tampil sebagai pebisnis dan musisi di era 1960-1970 an. Andy Ayamiseba sudah bergabung dengan Group Band Varunas salah satu group band milik Angkatan Laut yang cukup terkenal saat itu.

Tim musisi kesenian Irian Jaya yang tergabung dalam Iriantos Primitive mempunyai anggota-anggota awalnya terdiri dari alm Mimi Fatahan mahir bermain musik Hawaian, Ricky Chaay vokalis, Corry Rumbino vocalis dan Musa Fakdawer vocalis. “Latihan musik dan tarian mengambil tempat latihan di garasi rumah milik Andy Ayamiseba di Angkasa Indah, Kota Jayapura,”kata Andy Ayamiseba.

“Varunas Band adalah band milik Angkatan Laut Daerah X dan saya sendiri adalah salah satu anggota dari Band Varunas sebagai slide gitarist,Danny Kadmaer (lead gitrais/vocalis);Herman(basist); Ringgo Kadmaer (drummer);Mulyadi (Keyboard/gitaris); brass section adalah anggota-anggota TNI A. Sedangkan penyanyi penyanyi adalah Bass Lanoh; Ricky Chaay; Marcel Siante alias Honda;dan Dolf Raharusun,”kata Andy Ayamiseba.

Group Band Varunas selalu berlatih di kediaman Panglima Daeral X, Commodore Indra Kusnaedi di Nirwana, Angkasa Kota Jayapura.Saat itu ada musisi Nani kadmaer, saudara tertua dari Ringgo, Nani tidak pernah menjadi anggota Grup Band Varunas.

“Sebelumnya Kadmaer bersaudara bergabung dalam Group Band Aneka Ria yang dikenal sebagai Koes Bersudaranya Papua. Dengan vocal harmonis yang luar biasa dari Danny dan Nany,”kenang Andy Ayamiseba saat bermain band di Kota Jayapura.

Bermodal sebagai musisi dan pengusaha yang memiliki usaha di bawah perusahaan bernama PT Bintuni Baru (BB). Manajer Black Brothers ini mulai menancapkan tajinya dalam musik dan lagu di blantika musik Indonesia. Rencana show ke Papua New Guinea bersama Iriantos Primitive tak mendapat ijin membuatnya melanjutkan misi musik ke Jakarta.

Pada 1976 pertama kali Black Brothers tampil di Senayan, sepanggung dengan SAS Group Rock Arthur Kaunang eks personel AKA Group. Show ini mampu membuat seisi stadion histeris dan group musik asal Papua ini berhasil menaklukan Jakarta. “Saat Hengky MS membawakan lagu Soldier of Fortune dari Deep Purple. Kontan seluruh penonton di Senayan histeris dan kagum kalau ada grop musik dari timur Papua,”kata Musa Fakdawer, salah satu musisi Papua yang juga tergabung dalam Iriantos Primitive.(Jubi/dominggus a mampioper)

Kehancuran Black Brothers Akibat Agenda Politik

Kompasiana – Masih akrab di telinga kita lagu-lagu lawas seperti ‘Kisah Seorang Pramuria’ dan ‘Mutiara Hitam’. Hits era 1970-an ini dipopulerkan oleh grup musik Black Brothers dari Tanah Papua. Grup ini didukung sejumlah personil berbakat, yakni Benny Betay (bass), Jochie Phiu (keyboard), Amry Tess (trompet), Stevie MR (drums), Hengky Merantoni (lead guitar), Sandhy Betay (vokal), Marthy Messet (lead vocal), Agus Rumaropen (vokal) dan David (saxophone). Formasi grup ini juga dilengkapi dengan seorang manajer, Andi Ayamiseba untuk memudahkan mereka berkiprah secara profesional.

Personel Grup Band Black Brothers, West Papua
Personel Grup Band Black Brothers, West Papua

Kepiawaian Andy Ayamiseba memanej grup musik boleh diancungi jempol. Salah satunya adalah mengubah nama grup musik ini dari sebelumnya bernama Iriantos dan setelah hijrah ke Jakarta tahun 1976 namanya diubah menjadi Black Brother. Kehadiran Black Brothers di ibukota cukup mendapat tempat di hati pecinta musik Indonesia. Banyak produser ternama yang mengikat kontrak dengan grup musik ini. Namun akibat disusupi agenda politik Papua merdeka Andy Ayamiseba pula, grup ini akhirnya lenyap dari blantika musik nasional kendati sempat tenar di Belanda dan Vanuatu. Inilah sekilas perjalanan Black Brother di penghujung ketenarannya. Tahun 1978, dibawah bimbingan sang manejer, grup ini melakukan show di Kota asalnya di Jayapura. Usai melakukan show di Kota Jayapura, mereka show ke negara tetangga Papua Nugini. Dan sekitar tahun 1980 mereka meminta suaka politik di Negeri Belanda. http://tabloidjubi.com/2012/08/20/dari-iriantos-hingga-black-brothers/ Tahun 1983 grup ini hijrah ke Vanuatu atas undangan pemerintah Vanuatu yang saat itu dipimpin Presiden Walter Lini dan Barak Sope. Konon, Black Brothers punya peran khusus dalam memberikan dukungan lewat musik untuk mendirikan negara di Pasifik Selatan itu.http://rastamaniapapua.blogspot.com/2011/06/inspirasi-perjuangan-black-brothers.html Kedekatan Andy dengan Barak Sope membuat Andy ikut marasakan dampak kejatuhan Walter Lini dari kursi kepresidenan tahun 1988 akibat mosi tidak percaya dari rakyat Vanuatu. Ia dideportasi dari negara Vanuatu. Group musik Black Brothers pun tercerai berai. Personilnya ada yang tinggal di Vanuatu dan sebagian lagi tinggal di Australia. Beberapa di antaranya sudah meninggal dunia di negeri orang.

13714238071210740313

Namun Andy tak mau bergantung pada Black Brothers yang pernah dibesarkannya. Ia melenggang sendiri demi ambisi politiknya. Ia kembali ke Vanuatu tahun 1990-an setelah namanya dihapus dari daftar imigran terlarang di negeri itu. Ia melakukan beberapa kunjungan ke Vanuatu dengan dokumen perjalanan yang disediakan oleh pemerintah Australia. Kali ini tidak lagi berkaitan dengan urusan musik, tetapi untuk menjalankan agenda politiknya yaitu membujuk pemerintah Vanuatu mendukung gerakan kemerdekaan Papua Barat. Ia mengisi hari-harinya dengan usaha dagang eksport-impor dan terus menjalin hubungan dengan faksi-faksi pendukung Papua merdeka di Vanuatu.

Atas pelanggaran urusan dagang, Andy pernah dideportasi ke negara Kepulauan Solomon oleh pemerintah Vanuatu pada 9 Pebruari 2006. Namun pihak imigrasi Solomon menolak Andy masuk ke negera itu. Andy kembali dimasukan ke dalam pesawat yang kemudian mengantarnya ke Australia, namun Andy ditolak oleh pihak imigrasi Australia yang kemudian mengirimnya kembali ke Vanuatu tanggal 10 Pebruari 2006.http://www.paclii.org/journals/fJSPL/vol10no2/5.shtml Tahun lalu, tepatnya tanggal 14 Mei 2012 mantan manajer Black Brothers ini ditangkap karena melakukan protes kepada pemerintah Vanuatu tanpa izin yang sah. Andy memprotes kebijakan Pemerintah Vanuatu menjalin kerjasama latihan militer dengan pihak Indonesia. Andy menolak kedatangan pesawat militer Vanuatu yang membawa 100 unit komputer, sebagai bagian dari perjanjian kerja sama yang ditandatangani pemerintah Indonesia dan Vanuatu. Ayamiseba menilai tindakan ini telah mengabaikan dukungan rakyat Vanuatu terhadap hak penentuan nasib sendiri bagi Papua Barat.http://politik.kompasiana.com/2012/05/17/aktivis-anti-indonesia-di-vanuatu-ditahan-463672.html Andy lahir di kota Biak, 21 April 1947 dari pasangan Dirk Ayamiseba dari Papua dan ibunya Dolfina Tan Ayomi keturunan Tionghoa. Ayahnya, Dirk Ayamiseba pernah menjadi Gubernur pertama di Papua dan Ketua DPRD-GR pertama. Sayangnya, ideologi Andy tidak sejalan dengan ayahnya yang sangat nasionalis. Andy memilih ikut berjuang bersama para aktivis Papua merdeka untuk melepaskan Papua dari NKRI. Hingga kinipun, upaya Andy itu terus dilanjutkan.

Dengan dukungan Barak Sope, Andy semakin intens terlibat bersama faksi-faksi pendukung Papua merdeka di Vanuatu. Kini Andy bersama lima rekannya sesama pengusung ideologi Papua merdeka telah dipilih mewakili Papua ke Noumea, ibukota negara New Caledonia menghadiri upacara pembukaan The 19th Melanesian Spearhead Group (MSG) Leaders Summit yang akan digelar Rabu, 19 Juni 2013 nanti. Andy tidak lagi membawa nama Black Brothers tetapi mengusung nama baru yakni West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL). Mengingat forum MSG itu adalah forum ekonomi negara-negara Melanesia, apakah Andy akan memanfaatkan WPNCL untuk memuluskan usaha dagang yang sedang dijalankannya? Hanya Andy Ayamiseba yang tahu, karena dialah yang empunya agenda itu….