Tag Archives: Legendary band from West Papua

Pada masa Jayanya, Black Brothers sanggup menaklukan blantika musik Indonesia yang dipenuhi para rocker

Anda penggemar berat BLAC KBROTHERS ., ANDA Harus tau ini

Jayapura, Jubi – Pada masa jayanya, Black Brothers sanggup menaklukan blantika musik Indonesia yang dipenuhi para rocker yang sedang membangun jati diri musik Indonesia. Corak musik yang dikembangkan Black Brothers menjadi pembeda dengan musik-musik lainnya yang sedang berkembang saat itu.

Black Brothers bukan hanya band yang numpang tenar di Indonesia maupun Pasifik. Black Brothers adalah ikon musik, ikon budaya, ikon perlawanan Papua.

Jika anda adalah seorang penggemar Black Brothers, anda perlu mengetahui 10 fakta tentang Black Brothers ini.

11– Selama aktif di blantika musik Indonesia, perusahaan rekaman Irama Tara telah merekam lagu-lagu Black Brothers dalam 11 album.
3 – Irama Tara merekam lagu-lagu hits Black Brothers dalam 3 album Lagu-lagu terbaik Irama Tara.
2 – Black Brothers menciptakan 2 lagu keroncong berjudul Kr. Kenangan yang diciptakan oleh Hengky MS dan Kr. Gunung Sicloop ciptaan Jochie Phu. Vokalis dalam dua lagu keroncong ini adalah Stevie Mambor, penabuh drum Black Brothers yang memiliki suara khas.
28 – Tanggal 28 Desember 1976, Black Brothers melakukan show pertamanya di Istora Senayan, Jakarta. Dalam show ini Black Brothers tampil bersama SAS, sebuah grup rock dari Surabaya.
1974 – Awal berdiri pada tahun 1974, Black Brothers menggunakan nama Band PDK. Mereka menggunakan nama PDK karena menggunakan alat band milik Dinas Pendikan dan Kebudayaan Provinsi Irian Jaya.
8 – Rumah no 8 milik orang tua Andy Ayamiseba, Dirk Ayamiseba di Jalan Lembah II Angkasa Indah, Jayapura. Di garasi rumah inilah Black Brothers memulai karir musiknya.
1983 – Yalikole, lagu berirama disko yang diciptakan oleh Black Brothers masuk dalam deretan lagu disko terbaik di Eropa pada tahun 1983.
9 – Black Brothers didirikan oleh 9 orang. Mereka adalah Andy Ayamiseba, Hengky MS, Benny Bettay, August Rumwaropen, Stevy Mambor, Yochi Patipeiluhu, Willem Ayamiseba, David Rumagesang dan Amri Kahar.
1976 – Dua tahun sejak didirikan, Black Brothers memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Di tahun 1976 ini, setelah bermukim di Jakarta selama beberapa minggu, Black Brothers mendapatkan kontrak pertama mereka untuk tampil di sebuah restoran.
4 – Setelah era Black Brothers mulai pudar, tercatat 4 grup band yang mencoba mengulang kesuksesan Black Brothers dengan menggunakan kata “Black” sebagai nama band mereka. Grup band ini adalah Black Papas, Black Sweet, Black Power, dan Black Family.

DISKOGRAPHI

Album :
1. Kisah Seorang Pramuria (Vol 1) Irama Tara.
2. Derita Tiada Akhir (Vol 2) Irama Tara.
3. Lonceng Kematian (Vol3) Irama Tara.
4. Hilang Irama Tara.
5. Nuru Aipani (lagu daerah Irian Jaya) Irama Tara.
6. Oh Inanekeke (spesial senam nonstop) Irama Tara.
7. Sajojo (spesial senam) Irama Tara.
8. Mula Wakeke (west Papua) Irama Tara.

Album The Best:
1. 14 Lagu Terbaik Irama Tara.
2. 22 Spesial Album Irama Tara.
3. Black Brothers (album Yuanita Budiman) Irama Tara. (*)

Sumber: Facebook.com

Black Brothers, Band Legendaris Indonesia Asal Papua

Norman Duarte 212w | Trending

Black Brothers, Musik Legendaris Melanes dari West Papua
Black Brothers, Musik Legendaris Melanes dari West Papua

Jika kita mendengar kata ‘Papua’, yang terbayang adalah sebuah daerah yang dipenuhi hutan rimba, dengan peradaban yang tertinggal jauh serta kanibalisme. Sejarah kelam daerah ini pun menambah image gelap yang ada di dalam bayangan kita.

Tetapi Papua sebenarnya adalah sebuah daerah yang maju, dengan penduduk yang ramah, serta alam yang sangat indah. Papua tidak berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Yang membuat semakin kagum, ternyata Papua memiliki sebuah legenda yang mengharumkan nama mereka. Legenda itu bernama ‘Black Brothers’. Sebuah band berisikan anak muda Papua yang berdiri di tahun 70an di Jayapura.

Band ini menciptakan musik-musik keren yang penuh pesan perdamaian, cinta, dan harapan. Banyak sekali lagu mereka yang ngehits pada jaman itu, membawa mereka pada tingkat kepopuleran yang cukup tinggi. Bahkan mereka menjadi sangat terkenal di negara tetangga seperti Papua New Guinea.

Musik mereka merupakan campuran antara rock, pop, reggae, funk, dan etnis Papua. Gabungan ini menghasilkan sebuah aliran musik yang unik dan belum pernah terdengar sebelumnya di Indonesia. Bahkan mereka juga memainkan musik keroncong (tentunya dengan versi mereka sendiri) pada lagu “Keroncong Kenangan”.

Beberapa lagu pop mereka juga menjadi hits, seperti “Kisah Seorang Pramuria” yang kemudian di remake oleh band rock “Boomerang”. Lagu mereka yang berjudul “Saman Doye” di tahun 2011 masuk kompilasi “Those Shocking Shaking Days: Indonesian Hard, Psychedelic, Progressive Rock and Funk”bersama Koes Ploes, Aka, dll. Ada pula lagu mereka yang berjudul “Hari Kiamat” yang sempat dilarang oleh rezim orde baru karena menyindir perbedaan kelas sosial yang menyedihkan.

Lagu mereka tentang tim sepakbola kesayangan kota Jayapura, Persipura, dianggap sebagai salah satu pelopor dalam dunia persepakbolaan. Sampai saat ini, anak-anak kecil di Papua masih menyanyikan lagu ini padahal nama-nama pemain yang disebut di dalam lagu ini sudah berganti semua.

Grup yang terdiri dari Hengky MS (lead vocal/guitar), Yochie Pattipeilohy (organ), Benny Betay (bass guitar), David Rumagesang (terompet/rythm), Amry M. Kahar (saxophone) dan Stevie Mambor (drumer) ini melakukan hal yang sangat berani ketika di tahun 1979 mereka memprotes perlakuan pemerintah Indonesia terhadap Papua. Mereka kemudian menyatakan dukungan kepada gerakan Papua Merdeka dan pindah ke Vanuata serta Papua New Guinea. Sampai sekarang lagu-lagu Black Brothers tetap berkumandang di tanah Papua, menginspirasi banyak pemuda Papua dan Papua New Guinea untuk membentuk band yang sama kerennya.

Beberapa tahun yang lalu mereka sempat manggung di Jakarta atas prakarsa seorang pengusaha asal Papua. Rencananya mereka akan melakukan tour di beberapa kota di Indonesia.

Source: https://www.boombastis.com/

Black Brothers Band excited to perform again in PNG

LoopPNG – BY: Quintina Naime, 08:56, September 15, 2016

West Papua legendary group the Black Brothers Band is excited to return to Port Moresby, Papua New Guinea to perform live after almost four decades.

The band last performed in PNG back in 1978 and are back to perform on Independence Day at the Sir John Guise Stadium to commemorate PNG’s 41st Anniversary.

The original band was founded by manager Andy Ayamiseba, with members including Hengky Sumanti Miratoneng (vocals, guitar), Benny Bettay (bass), August Rumwaropen (lead guitar, vocals), Stevy Mambor (vocals, drums), Willem Ayamiseba (percussion) and Amri Kahar (trumpet).

Black Brothers are known for hit songs back in the 1980s including Apuse, Permata Hatiku, Hari Kiamat, Terjalin Kembali, kerongcong kenangan, Anita and Wan Pela Meri.

Ayamiseba said they’re looking forward to play the old tunes for the mums and dads which should bring back all the memories.

“We will also play some new songs for the younger generation.

“We have a combination of repertoire that will satisfy all age groups so everyone can enjoy the show,” Ayamiseba said.

Benny Bettay thanked Parkop for bringing the group back to PNG after 38 years.

The current group here in PNG consists of a 16 members including three original members and female group Black Sisters.

Two of the original members August and Sumanti have died while Stevy Mambor couldn’t make the tour due to health reasons.

The Black Sisters Petronela, Rosalie and Lea Rumwaropen are daughters of late August Rumwaropen and they’ll be performing alongside their uncles.

Tickets for the concert are selling for K5 outer stands and K30 grandstand available at CHM Vision City and Tabari Place. Gates open at 4.30pm and the show starts at 6.30pm.

A 20 member official delegation from West Papua has also been invited to witness the celebrations.

EMTV: Black Brothers Return

EMTV – Present at Governor Parkop’s Conference today were members of the legendary band, Black Brothers.

They will perform at the Independence Anniversary Celebration featuring the Black Brothers Legends Come Home Concert at the Sir John Guise Stadium on Friday.

The last time the Black Brothers toured Port Moresby was in 1978, when the music industry in PNG was in its infant stages.

Yes, the Black Brothers are back in Port Moresby after 38 years.

Two of their original band members have since passed on, and this time around they are joined by their next generation called the Black Sisters.

Although they are here to celebrate PNG’s 41st Independence anniversary, Governor Parkop says they are also here to help inspire the music industry in PNG again.

Originally a West Papuan band, these days the membership includes those from Vanuatu as well as Australian-based members as well.

Original and current band manager, Andy Ayamiseba, said the band is looking to expand and include more members from Melanesian countries.

Braden Chin, Music Division Manager for CHM, said the Black Brothers were the inspiration behind the creation of the CHM Super Sound recording studio and label. Even the famous CHM logo, was motivated by the Black Brothers.

Mr Parkop said it was a concern that the number of artists recording at CHM has significantly dropped in the last 3 years. He said this was a reminder of our responsibility to our artists by stopping piracy and buying genuine recordings.

West Papua’s Black Brothers in POM For Independence Concert

Black Brothers took a photo session with Governor of NCD, Powes Parkop - PNG Lopp
Black Brothers took a photo session with Governor of NCD, Powes Parkop – PNG Lopp

Port Moresby, Jubi – Legendary band from West Papua the Black Brothers are in Port Moresby to help celebrate Papua New Guinea’s 41st Anniversary.

The group will be performing on Independence Day at the Sir John Guise Stadium.

Black Brothers are an eclectic band that was the most popular musical group in PNG during the 1980s.

The reggae influences of the Black Brothers influenced various other musical groups in PNG.

The original band was founded by manager Andy Ayamiseba, with members including Hengky Sumanti Miratoneng (vocals, guitar), Benny Bettay (bass), August Rumwaropen (lead guitar, vocals), Stevy Mambor (vocals, drums), Willem Ayamiseba (percussion) and Amri Kahar (trumpet).

The 16 member band that is here in PNG to perform includes three original members and the Black Sisters.

Two of the original members August and Sumanti have died while Stevy Mambor couldn’t make the tour due to health reasons.

The Black Sisters Petronela, Rosalie and Lea Rumwaropen are daughters of late August Rumwaropen and they’ll be performing alongside their uncles.

Black Brothers are known for hit songs back in the 1980s including Apuse, Permata Hatiku, Hari Kiamat, Terjalin Kembali, kerongcong kenangan, Anita and Wan Pela Meri.

Their music, sung in Tok Pisin, and originally in Bahasa Indonesia included influences from reggae and political elements inspired by the Black Power movement.

NCD Governor Powes Parkop said it’s a privilege to have the Black Brothers back in PNG to perform after 28 years.

Parkop welcomed the group back to PNG and said it’s a pleasure to have them back in Moresby to celebrate 41 years of Independence with us.

He has  extended an invitation for the fans of Black Brothers and the young generation to come out and support the group.

Tickets are selling for K5 outer stands and K30 grandstand available at CHM Vision City and Tabari Place. Gates open at 4.30pm and the show starts at 6.30pm. (PNG Loop)